Image by Greenpeace |
Inilah Tujuh Fakta Rekor Iklim Global yang Terjadi
Pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim. Sumber: NASA |
Dalam satu paket laporan tahunan yang berjudul State of the Climate in 2014 yang dipublikasikan secara resmi oleh State of the Climate report from the National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) and American Meteorological Society
(14/07) yang tersusun dari hasil studi iklim dan laporan dari tahun
sebelumnya, menyimpulkan berita yang kurang baik: indikator perubahan
iklim telah terjadi di mana-mana. Berbagai rekor buruk bumi, pecah tahun
lalu.
Hasil studi setebal 292 halaman tersebut membahas hal-hal yang sangat
teknis yang memuat hasil kerja dari lebih empat ratus ilmuwan yang
menganalisis segala sesuatu dari perubahan suhu, cuaca ekstrim, atau es
yang mencair di berbagai belahan dunia. Namun satu kesimpulan utama dari
laporan ini adalah betapa bumi telah begitu berubah, dengan cepat.
“Laporan ini merupakan data dari seluruh dunia, dari ratusan ilmuwan
dan memberikan kita gambaran tentang apa yang terjadi pada tahun 2014.
Berbagai indikator menunjukkan kepada kita bagaimana iklim kita berubah,
bukan hanya suhu tapi dari kedalaman lautan ke atmosfer luar,” jelas
Thomas R. Karl, LHD, Direktur, NOAA untuk Informasi Lingkungan.
Berikut adalah tujuh catatan rekor iklim yang terpecahkan pada tahun 2014:
1. Tahun 2014 adalah Tahun Terpanas Sepanjang Masa
Sejak pencatatan global suhu dimulai, maka tahun 2014 dinyatakan
sebagai tahun dengan rekor suhu terpanas di seluruh dunia dengan
rata-rata suhu permukaan global tertinggi mengacu kepada empat analisis
terpisah. Kontinen Eropa dan Meksiko mengalami tahun terpanas, dengan
Argentina dan Uruguay mengalami tahun terpanas kedua mereka, dan
Australia mengalami tahun terpanas ketiga berturut-turut sejak tahun
2012. Afrika dan Asia juga memiliki suhu di atas rata-rata.
“Kondisi hangat di atas rata-rata ini terjadi di hampir seluruh
permukaan darat dan laut selama 2014,” jelas laporan itu. “Ini
memberikan kontribusi untuk suhu rata-rata global yang tertinggi sejak
pertengahan 1800-an. Di daratan, Eurasia dan Amerika Utara mengalami
suhu yang hangat di atas biasanya. Frekuensi suhu ekstrim hangat atas
rata-rata terjadi di semua kawasan di bumi selain Amerika Utara.”
2. Peningkatan Konsentrasi Gas Rumah Kaca di Atmosfer
Suhu yang meningkat didorong oleh meningkatnya gas rumah kaca,
termasuk karbon dioksida, metana dan dinitrogen oksida, yang dilaporkan
mencapai rekor konsentrasi atmosfer tinggi. Kadar karbon di Mauna Loa
mencapai di atas 400 ppm dari April sampai Juni, dan rata-rata global
adalah 397.2ppm. Konsentrasi metana naik juga, dengan peningkatan yang
lebih besar dari kenaikan tahunan rata-rata selama dekade terakhir.
3. Peningkatan Suhu Permukaan Laut dan Meningkatnya Siklon
Rata-rata suhu permukaan laut global mencapai rekor tertinggi, suhu
terutama hangat di bagian barat Atlantik, serta kawasan tengah dan timur
Pasifik. Meskipun kenaikan suhu permukaan laut tidak menyebabkan El
nino tahun lalu, namun para ilmuwan meyakini bahwa peningkatan suhu
permukaan laut akan menyebabkan El nino akan datang tahun 2015 khususnya
di samudera Pasifik tropis.
Kenaikan suhu permukaan laut telah mendorong munculnya siklon tropis
dari rata-rata yang terjadi, selama tahun 2014, terdapat 91 siklon
tropis, meningkat dari 82 badai yang terjadi rata-rata selama dekade
1981-2010.
4. Peningkatan Suhu Lautan
Peningkatan suhu juga terjadi tidak saja di permukaan laut, tetapi
juga pada suhu lautan. Suhu panas lautan telah mencapai rekor baru yang
mencerminkan fakta bahwa lautan telah menyerap hingga 90 persen panas
yang terperangkat oleh atmosfer bumi oleh gas rumah. Saat gas rumah kaca
meningkat di atmosfer, maka hal ini akan menyebabkan suhu laut pun
meningkat.
5. Kenaikan Muka Air Laut
Permukaan laut juga memecahkan rekor baru. Kenaikan muka air laut
sekarang saat ini diperkirakan sekitar 67 milimeter dari tahun 1993.
Faktor-faktor yang menyebabkannya muka air laut ini diantaranya adalah
karena mencairnya gletser dan es di permukaan laut, molekul air yang
mengembang ketika suhu menjadi hangat serta terjadinya pencairan es di
daratan yang airnya mengalir ke lautan.
6. Pencairan Es di Greenland dan Pemanasan Artik
Greenland, pulau terbesar di dunia yang tertutup oleh es abadi
dilaporkan 90% esnya mulai mencair dengan kecepatan di atas rata-rata
setelah musim dingin berakhir. Pada bulan Agustus 2014, rekor sinar
matahari yang terpantul dari permukaan Greenland mencapai titik
terendah. Pencairan es di permukaan daratan menggelapkan permukaan
lapisan es itu, sehingga kurang mampu memantulkan energi matahari.
Demikian pula wilayah Arktik di lingkaran kutub utara dilaporkan
terus menghangat. Wilayah Arktik mengalami tahun terpanas keempat sejak
pencatatan dimulai pada awal abad ke-20. Salju Arktik rata-rata mencair
20-30 hari lebih awal dari 1998-2010. Di utara Alaska, suhu rekor
tertinggi yang dipantau melalui empat dari lima observatorium permafrost.
Wilayah es di Arktik ‘hanya’ mencapai 1,94 juta mil persegi pada 17
September, atau terendah sejak pengamatan satelit dimulai pada tahun
1979. Ini merupakan kedelapan kalinya berturut-turut luasan es semakin
berkurang dalam delapan tahun terakhir.
7. Kawasan Laut yang Tertutup Es di Antartika
Apa yang terjadi di belahan bumi selatan juga menunjukkan fenomena
perubahan iklim. Kawasan laut yang tertutup es justru semakin meluas,
dimana pada tahun 2014 merupakan rekor terluas. Pada 20 September 7,78
juta mil persegi melebihi 7,56 juta mil persegi pada tahun 2013. Ini
adalah tahun ketiga berturut-turut dari rekor es laut maksimum batas.
Salah satu alasan yang bisa menjelaskan hal ini adalah perubahan pola
arah angin. Angin menghempaskan es-es yang berada di pinggir laut yang
kemudian membeku dan menutupi permukaan lautan, tanpa adanya daratan
yang cukup tinggi untuk menghalangi arah angin, hal ini akan terus
terjadi. Meskipun hal ini seolah-olah terdengar kontradiktif dengan ide
planet pemanasan, namun justru hal ini menunjukkan potensi pergeseran
atmosfer yang diakibatkan perubahan iklim.